DARI REDAKSI
SALIRA TV MEMBUKA KERJA SAMA KONTRIBUTOR BERITA ADVERTORIAL – PELUANG MENJADI WARTAWAN FREELANCE “MEREKAM INDONESIA”. UNTUK INFORMASI LEBIH LENGKAP, HUBUNGI WHATSAPP CENTER SALIRA TV DI 0838-9640-3437.

Pahlawan Sunyi Pendidikan Agama: Bantuan H. Wahyu untuk Guru Ngaji yang Mengabdi Tanpa Upah

Salira TV — Merekam Indonesia

🇮🇩 Indonesia punya banyak cerita.
Dan di Salira TV, kami berkomitmen untuk terus Merekam Indonesia — menghadirkan suara masyarakat dari seluruh penjuru negeri.

🎥 Dukung semangat ini dengan berpartisipasi melalui Saweria.
📱 Untuk informasi lebih lanjut, hubungi kami melalui WhatsApp 0838-9640-3437.

❤️ Dukungan Anda adalah tenaga bagi kami untuk terus menyuarakan kebenaran — dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat.

SALIRA TV | KAB. CIAMIS — Di tengah keterbatasan fasilitas dan keterasingan geografis, semangat para pendidik agama di desa terpencil tetap membara. Salah satu bentuk empati terhadap para pejuang ilmu ini kembali ditunjukkan oleh H. Wahyu, seorang tokoh dermawan yang dikenal aktif menyalurkan bantuan sosial secara langsung ke lapangan.

Kali ini, H. Wahyu mengunjungi Desa Nasol, Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis, untuk memberikan bantuan berupa satu karung beras kepada sembilan guru ngaji, termasuk Ahmad Toha, yang menjadi koordinator pengajar di sebuah madrasah setempat. Bantuan ini bukan sekadar simbolis, melainkan wujud nyata dukungan terhadap mereka yang tetap mengajar meski tak pernah menerima gaji.

Madrasah tersebut menampung 75 santri yang belajar ilmu agama setiap harinya. Namun ironisnya, para pengajarnya tidak menerima kompensasi layak atas pengabdian mereka. Ahmad Toha menjelaskan bahwa sejak awal berdirinya madrasah ini, para ustadz tidak mendapatkan gaji tetap. “Kami hanya menerima bantuan Rp 600 ribu setahun sekali, dan dana Rp 2 juta dari bagian Kesra yang harus dibagi sembilan orang,” ujarnya dengan nada penuh keprihatinan.

Lebih lanjut, Ahmad menyampaikan harapannya kepada pemerintah agar nasib guru ngaji seperti dirinya mendapat perhatian yang lebih layak. “Kami hanya ingin adanya peningkatan kesejahteraan, agar kami tetap bisa mengabdi tanpa mengorbankan kebutuhan hidup keluarga,” tambahnya.

Menanggapi kenyataan tersebut, H. Wahyu mengaku prihatin mendalam. Ia menyebut bahwa kondisi para guru ngaji di berbagai desa yang telah ia temui menunjukkan pola yang serupa — dedikasi tinggi namun minim penghargaan.

“Sangat memilukan. Sebelumnya saya ke Desa Sukaresik, ada guru ngaji yang hanya diberi seratus ribu rupiah per bulan. Di sini, kondisinya lebih parah—mereka bahkan tidak mendapatkan bayaran sama sekali,” ungkap H. Wahyu.

Ia pun menyampaikan seruannya kepada pemerintah agar lebih serius memperhatikan para pendidik agama di pelosok negeri. “Mereka adalah fondasi moral bangsa. Tanpa mereka, generasi muda akan kehilangan arah. Sudah seharusnya pemerintah turun tangan,” tegasnya.

Bantuan ini, walau bersifat sementara, diharapkan mampu memberikan semangat baru bagi para guru ngaji di Desa Nasol. Lebih dari itu, aksi H. Wahyu menjadi pengingat bahwa di balik kemajuan pendidikan formal, masih banyak sosok pejuang senyap yang bertahan hanya karena keikhlasan.


Heri Heryanto

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!